GIANYAR – Tak percuma pelatih Batavia Union, Roberto Bianchi (Beto), jauh-jauh terbang ke Malang untuk mengintip kekuatan Bali Devata yang tengah bertanding melawan Persema, pekan lalu. Bisa jadi karena sudah mengetahui kelemahan lawan, Batavia Union berhasil mempermalukan Bali Devata 1-0, dalam laga pekan ke-11 kompetisi Liga Primer Indonesia (LPI) di Stadion Kapten Dipta, Gianyar, Sabtu (19/3). Tantan tampil sebagai pahlawan tim tamu lewat golnya pada menit ke-33. Gol ini berawal dari kemelut di depan gawang Bali Devata, setelah Juan Cortez dan kawan-kawan melakukan serangan balik cepat. Dengan kecerdikan dan kecepatannya, Tantan berhasil menggetarkan gawang tuan rumah yang dijaga Ngurah Komang Arya Perdana.
Kemenangan ini membuat tabungan Batavia Union bertambah menjadi 16 poin, dari sembilan laga yang telah dijalani, hasil empat kali menang empat kali seri, dan sekali kalah. “Kita mestinya bisa menambah dua gol lagi dari Juan (Cortez) dan Fahri, tapi sundulan dan tendangan mereka masih membentur gawang Ngurah Komang,” kata CEO Batavia Union, Meiriyon Moeis, yang dihubungi usai pertandingan.
Meski mengaku lega dengan tambahan tiga poin yang didapat dari Gianyar, tapi Yon—sapaan akrab Meiriyon Moeis—sempat was-was dengan penampilan timnya. Sebab, sejak menit awal Batavia digempur habis-habisan oleh tim tuan rumah yang memasang tiga bomber sekaligus, yakni Ilija Spasojevic (Spaso), Ali Pahriji, dan Mulki Hakim.
Sementara itu, Batavia Union lebih mengandalkan serangan balik lewat duet Juan Cortez dan Tantan. “Mungkin Beto sudah tahu kelemahan mereka, makanya sengaja memakai taktik serangan balik,” Yon, yang mantan wartawan nan ramah itu, menambahkan.
Yon mengakui, secara permainan timnya sore itu memang kalah. Terlebih pada menit-menit akhir, Bali Devata seakan kesetanan dan terus menggempur gawang Fauzi Toldo. “Saya sampai miris dan berpikir Batavia pasti kalah. Mereka terus menyerang, dan memaksa anak-anak main bertahan,” kata Yon lagi.
Manajer tim Bali Devata, Made Raymond, menyebut timnya kali ini sedang tidak beruntung. Tampil di depan 10 ribu pendukung, dan menyerang sejak peluit dibunyikan, Pascal Heije dan kawan-kawan justru dipecundangi tim tamu. “Kalau dihitung, kira-kira ada 15 peluang yang diciptakan para pemain kami sore ini. Sayang, tidak ada satupun yang berbuah gol. Sedangkan lawan cuma punya tiga peluang, dan salah satunya gol,” kata Raymond.
Masalahnya terletak pada penyelesaian akhir Bali Devata yang lemah, dan strategi tim tamu yang memilih bertahan total. Menurut Made Raymond , trio Ali-Spaso-Mulki sudah mati-matian melakukan penetrasi ke daerah pertahanan lawan. Tapi, serangan mereka selalu berhasil dipatahkan Batavia Union.
“Mereka (Batavia Union) tidak berani main lawan kita. Makanya menempatkan delapan pemain di belakang. Pelatihnya juga mengakui kok. Setelah pertandingan dia bilang pada saya, ‘Sorry, sore ini saya pakai sepakbola kuno’,” cerita Made Raymond ( Berita www.ligaprimerindonesia.co.id )
Kemenangan ini membuat tabungan Batavia Union bertambah menjadi 16 poin, dari sembilan laga yang telah dijalani, hasil empat kali menang empat kali seri, dan sekali kalah. “Kita mestinya bisa menambah dua gol lagi dari Juan (Cortez) dan Fahri, tapi sundulan dan tendangan mereka masih membentur gawang Ngurah Komang,” kata CEO Batavia Union, Meiriyon Moeis, yang dihubungi usai pertandingan.
Meski mengaku lega dengan tambahan tiga poin yang didapat dari Gianyar, tapi Yon—sapaan akrab Meiriyon Moeis—sempat was-was dengan penampilan timnya. Sebab, sejak menit awal Batavia digempur habis-habisan oleh tim tuan rumah yang memasang tiga bomber sekaligus, yakni Ilija Spasojevic (Spaso), Ali Pahriji, dan Mulki Hakim.
Sementara itu, Batavia Union lebih mengandalkan serangan balik lewat duet Juan Cortez dan Tantan. “Mungkin Beto sudah tahu kelemahan mereka, makanya sengaja memakai taktik serangan balik,” Yon, yang mantan wartawan nan ramah itu, menambahkan.
Yon mengakui, secara permainan timnya sore itu memang kalah. Terlebih pada menit-menit akhir, Bali Devata seakan kesetanan dan terus menggempur gawang Fauzi Toldo. “Saya sampai miris dan berpikir Batavia pasti kalah. Mereka terus menyerang, dan memaksa anak-anak main bertahan,” kata Yon lagi.
Manajer tim Bali Devata, Made Raymond, menyebut timnya kali ini sedang tidak beruntung. Tampil di depan 10 ribu pendukung, dan menyerang sejak peluit dibunyikan, Pascal Heije dan kawan-kawan justru dipecundangi tim tamu. “Kalau dihitung, kira-kira ada 15 peluang yang diciptakan para pemain kami sore ini. Sayang, tidak ada satupun yang berbuah gol. Sedangkan lawan cuma punya tiga peluang, dan salah satunya gol,” kata Raymond.
Masalahnya terletak pada penyelesaian akhir Bali Devata yang lemah, dan strategi tim tamu yang memilih bertahan total. Menurut Made Raymond , trio Ali-Spaso-Mulki sudah mati-matian melakukan penetrasi ke daerah pertahanan lawan. Tapi, serangan mereka selalu berhasil dipatahkan Batavia Union.
“Mereka (Batavia Union) tidak berani main lawan kita. Makanya menempatkan delapan pemain di belakang. Pelatihnya juga mengakui kok. Setelah pertandingan dia bilang pada saya, ‘Sorry, sore ini saya pakai sepakbola kuno’,” cerita Made Raymond ( Berita www.ligaprimerindonesia.co.id )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar